Pengolahan Sampah


Sampah Pasar Citeureup
Sampah merupakan masalah klasik dan umumnya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Pengelolaan sampah di Indonesia masih menggunakan paradigma lama kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik. Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih terbatas dan tidak sustainable.

Pengelolaan sampah dengan cara kumpul-angkut-buang bukanlah solusi. Pengelolaan sampah dengan cara ini hanya memindahkan masalah dan bahkan mewariskannya kepada generasi penerus.

Penghasil sampah terbesar berasal dari sampah rumah tangga. Oleh sebab itu sampah rumah tangga menjadi target utama. Lebih dari 65% dari total sampah rumah tangga adalah sampah organik. Melihat komposisi dari sumbernya maka sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dan sampah dapur yang cepat membusuk sehingga berpotensi sebagai penghasil kompos, metan dan energi.

Disiplin pemilahan sampah sejak dari rumah tangga menjadi salah satu kunci sukses. Oleh sebab itu sosialisasi untuk menumbuhkan disiplin perlu terus dilakukan hingga menjadi budaya di setiap keluarga.



Tahap pengelolaan sampah secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Pemilahan

Idealnya di setiap rumah tangga disediakan 3 tempat sampah yaitu untuk sampah organik, sampah plastik dan sampah logam/kaca. Bisa saja disederhanakan menjadi minimal 2 tempat sampah  yaitu untuk sampah organik dan anorganik.

2. Pengangkutan

Pengangkutan sampah dari setiap rumah tangga dilakukan secara terpisah. Artinya alat angkut sampah organik berbeda dengan alat angkut sampah anorganik. Teknis pengangkutan dapat digilir beda hari atau beda jam. Misalnya pagi mengangkut sampah organik, sedangkan sore atau hari berikutnya mengangkut sampah anorganik.

3. Pengolahan

  • Sampah anorganik dilakukan pemilahan antara sampah yang dapat didaur ulang dengan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Untuk lebih praktisnya, sampah anorganik yang dapat didaur ulang dapat dijual ke pengepool untuk memasok industri daur ulang. Sedangkan sampah anorganik yang tidak memiliki nilai ekonomi dimusnahkan dengan incinerator atau diangkut ke landfill. Biasanya jenis sampah ini relatif sedikit yaitu kurang dari 10%.
  • Sampah organik diolah menjadi kompos. Instalasi pengolahan kompos dapat dibuat dengan skala kecil. Misalnya 1 instalasi melayani 1.000 rumah. Hal ini dimaksudkan agar lebih efisien karena lebih dekat dengan sumber penghasil sampah. Selain itu untuk menghindari sentralisasi agar tidak terjadi penumpukan.

Apabila konsep sederhana ini diterapkan dengan konsisten dan merata di semua wilayah maka tidak akan ada lagi masalah penumpukan sampah. Kemungkinan masalah berikutnya adalah penumpukan kompos hasil pengolahan sampah organik. Hal ini bisa terjadi apabila penyerapan pemakaian lebih sedikit dari produksi.

Untuk mengatasi masalah ini, sudah dirancang program sebagai solusi, yaitu hutanisasi. Hutanisasi menjadi multi solusi antara lain pendayagunaan kompos, peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar dan penanggulangan pemanasan global.

TPA Open Dumping

Open Dumping
     Umumnya sampah di negara berkembang ditampung kemudian diangkut dan dibuang ditempat pembuangan akhir (TPA). Peningkatan jumlah populasi akan mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan karena semakin banyak populasi semakin tinggi pula kegiatan yang dilakukan. Hal ini akan menyebabkan residu atau sampah yang dihasilkan semakin banyak. Kegiatan yang dilakukan masyarakat tergantung dari pendapatan (affluence) yang diperoleh. Pendapatan tersebut digunakan untuk konsumsi masyarakat. Semakin tinggi pendapatan akan semakin tinggi pula konsumsi masyarakat, sehingga volume sampah yang dihasilkan akan meningkat. Selain itu, pengolahan sampah juga akan mempengaruhi volume sampah yang dihasilkan. Teknologi yang digunakan dalam pengolahan sampah akan mengurangi volume sampah jika pengolahannya optimal. Namun, jika pengolahan sampah kurang optimal maka volume sampah akan tetap meningkat.

      Sanitary landfill merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian sampah dihamparkan hingga lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan sampah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya.
      TPA dengan system Sanitary Landfill di Indonesia sesungguhnya belum dilakukan dengan baik, justru cenderung berubah ke TPA Open Dumping. TPA dengan metode open dumping adalah menumpuk sampah terus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan lapisan geotekstil dan saluran lindi.  Pada sistem terbuka (open dumping), sampah dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa ada perlakuan apapun. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air. Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Berikut adalah dampak yang diakibatkan oleh sistem Open Dumping:
  1. Dampak bagi lingkungan
Lindi merupakan limbah cair yang berasal dari sampah basah atau sampah organik yang terkena air hujan. Jika lindi tersebut tidak ditata dengan baik, maka dapat menyebar ke dalam tanah dan masuk ke aquifer air tanah yang dapat menyebabkan pencemaran air tanah
2. Penyumbatan badan air.
Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari sumber air.
Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan lain.
Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu.
Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat atau polutan sampah.
3. Dampak bagi manusia
Lindi mengandung zat-zat berbahaya bagi tubuh seperti adanya kandungan Hg, H2S, tergantung jenis sampah yang dibuang di TPA tersebut.
          Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar penyakit.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping). Materi sanitary landfill dibahas di http://sampahpengelolaan.blogspot.co.id/2017/06/sanitary-landfill.html

Sumber : http://idfisafarnadi.blogspot.co.id/2013/05/cara-penanganan-limbah-padat.html?m=1


Sanitary Landfill

Sanitary Landfill
   Adanya bank sampah sangat bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir), nah, bagaimana kah proses pengolahan sampah di TPA ?? Berikut penjelasan mengenai sanitary landfill dari berbagai sumber, beserta pembahasan saya.
Pada umumnya metode pembuangan akhir sampah yang dilaksanakan di TPA berupa proses landfilling (pengurugan).

 Skema sanitary landfill :
    Merupakan lahan urug yang telah memperhatikan aspek sanitasi lingkungan. Sampah diletakkan pada lokasi cekung, kemudian sampah dihamparkan hingga lalu dipadatkan untuk kemudian dilapisi dengan tanah penutup harian setiap hari akhir operasi dan dipadatkan kembali setebal 10% -15% dari ketebalan lapisan sampah untuk mencegah berkembangnya vektor penyakit, penyebaran debu dan sampah ringan yang dapat mencemari lingkungan sekitarnya. Lalu pada bagian atas timbunan tanah penutup harian tersebut dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah penutup harian. Demikian seterusnya hingga terbentuk lapisan-lapisan sampah dan tanah. Bagian dasar konstruksi sanitary landfill dibuat lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) yang terbentuk dari proses penguraian sampah organik. Terdapat juga saluran penyalur gas untuk mengolah gas metan yang dihasilkan dari proses degradasi limbah organik. Metode ini merupakan cara yang ideal namun memerlukan biaya investasi dan operasional yang tinggi.
Kelebihan sanitary landfill :
  1. Timbulan gas metan dan air  lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan.
  2. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
  3. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan lain.

Kerugian :
  1. Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit.
  2. Aplikasi tanah penutup harian yang mahal.
  3.  Aplikasi sistem lapisan penutup  akhir.
  4. Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas metan menjadi sumber energi.
  5. Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan intalasi pengolah air lindi.

    Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang berlekuk untuk ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan secara berulang-ulang seperti kue lapis  yang terdiri atas penimbunan sampah yang ditutup tanah. Tanah yang semula berlekuk menjadi rata oleh sanitary landfill sehingga harga tanahnya bisa naik berlipat-lipat karena bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti tempat sarana olahraga, tanaman hijau dan lain-lain. Pengelolaan sampah pun tumbuh menjadi sentra keuntungan. Yang penting harus dijaga agar sampah tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air tanah.
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Bila tempat pembuangan sudah mencapai kapasitas maksimum dan setelah semua kegiatan operasi selesai maka lapisan tanah terakhir adalah 2 ft (60 cm) atau lebih. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas hasil aktivitas penguraian sampah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :
  1. Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang
  2. Memerlukan lahan yang luas
  3. Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan
  4.  Aspek social harus mendapat perhatian
  5. Harus dipersiapkan instalasi drainase dan system pengumpulan gas
  6. Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun)
  7. Memerlukan pemantauan yang terus-menerus

Masalah- masalah lain yang mungkin dapat timbul akibat landfill yang tidak terkontrol adalah sebagai berikut :
  1. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan lain
  2. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari sumber air
  3. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat atau polutan sampah
  4. Penyumbatan badan air
  5. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar)
  6.  Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar penyakit
  7. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan tekanan tertentu.

Sumber : Iskandar, Agus. 2006. Daur Ulang Sampah. Jakarta : Azka Press

Keuntungan dengan adanya metode sanitary landfill dalam pengelolaan sampah antara lain :
  1. Dimana tanah tersedia, sanitary landfill adalah yang paling ekonomis
  2. Investasi modal relative lebih rendah dari cara yang lain
  3. Sanitary landfill adalah tahap terakhir dibanding dengan insenerator dan komposting dimana masih memerlukan tindak lanjut dari residunya.
  4. Sanitary landfill bisa menerima segala macam bentuk sampah bisa dibuang kesana dengan tanpa ada pemisahan tempat

Sedangkan kerugian menggunakan metode sanitary landfill antara lain :
  1. Di daerah yang padat penduduk, tidak tersedia tanah yang masih terjangkau untuk pengangkutan secara ekonomis
  2. Harus dipelihara setiap hari, karena jika tidak akan menjadi open dumping
  3. Akan menganggu penduduk yang bertempat tinggal di sekitarnya
  4.  Landfill yang telah sempurna akan tetap dan perlu pemeliharaan yang periodik
  5. Perencanaan dan konstruksi khusus harus dibuat untuk penggunaan bangunan di atas landfill

Dalam pemilihan tempat untuk sanitary landfill harus dipertimbangkan dalam hal luas tanah yang diperlukan, pengaruh adanya pemanfaatan kembali, jarak pengangkutan dari tempat penampungan sementara ke sanitary landfill, keadaan tanah dan topografi, keadaan iklim, keadaan air permukaan tanah, geologi dan hidrologi, keadaan lingkungan, dan pemakaian akhir, misal bekas tanah sanitary landfill akan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.
Berbagai metode sanitary landfill :
  • Area methods
  • Trench methods
  • Depression methods

Alat-alat perlengkapan :
  • Crawler tractor
  • Bulldozer
  • Bull clam
  • Frant and loader
  • Truk pengangkut
  • Sekop dan alat-alat ringan yang lain

dampak dan upaya pengelolaan sampah


Sistem Pengelolaan Limbah Layanan Kesehatan di Rumah Sakit



Linda Corinna, Rafita Sari Subha, Dinna Anggraini Putri Z, Nurul Munajiah, Rezha Fahlevi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi


Abstrak
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
The hospital is one of the health facilities as an effort to maintain and improve public health. The hospital as one of the health promotion efforts not only consists of medical clinic and doctor's office, but also supported by other units such as operating room, laboratory, pharmacy, administration, kitchen, laundry, waste and waste processing, education and training. Besides bringing positive impact to the society, that is as a place to heal the sick, the hospital also has the possibility of bringing negative impact. The negative impact can be pollution from an activity process, that is if the waste produced is not managed properly.

Pendahuluan


Air Limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.(Ehless dan Steel, 2007)
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial.Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit.
Limbah rumah sakit merupakan suatu bentuk limbah hasil proses kegiatan yang terjadi di lingkungan rumah sakit, yang sangat potensial dapat menularkan berbagai bibit penyakit. Untuk itu limbah rumah sakitpun harus dikelola secara serius dan cermat, agar segala jenis kuman penyakit yang dikandung didalamnya tidak mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, bahwa rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana pengelolaan limbah cair maupun limbah padat agar seluruh limbah yang akan dibuang ke saluran umum memenuhi baku mutu limbah yang ditetapkan menurut peraturan baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit

A.   Karakteristik Limbah Layanan Kesehatan
Limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium.Selain itu, limbahn layanan kesehatan juga mencakup limbah yang berasal dari sumber-sumber kecil atau menyebar misalnya limbah hasil perawatan yang dilakukan dirumah (dialysis, suntikan insulin, dsb).
1.     Limbah infeksius
Limbah Infeksius adalah Limbah yang diduga mengandung pathogen (bakteri, virus, parasite, atau jamur).Dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan.yang terdiri dari exkreta, spesimen laboratorium, bekas balutan, jaringan busuk, dan lain-lain.
2.     Limbah patologis
Limbah Patologis terdiri dari Jaringan, Organ, bagian tubuh, janin manusia, dan bangkai hewan, darah, dan cairan tubuh. Dalam kategori ini,.Bagian tubuh manusia atau hewan yang dapat dikenali juga disebut sebagai limbah anatomis. Kategori ini harus dipandang sebagai sub kategori dari limbah infeksius walaupun juga mencakup bagian tubuh yang sehat.
3.     Limbah benda tajam
Benda Tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk antara lain Jarum, Jarum suntik, scalpel, dan jenis belati lain, pisau, peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku. Baik terkontaminasi maupun tidak, benda semacam itu biasanya dipandang sebagai limbah layanan kesehatan yang sangat berbahaya.
4.     Limbah farmasi
Limbah Farmasi mencakup produk Farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum, yang sudah kedaluwarsa, tidak digunakan, tumpah dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Kategori ini juga mencakup barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi, mislanya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, slang penghubung dan ampul obat.
5.     Limbah genotoksik
Limbah genotoksik sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik.Limbah ini menimbulkan persoalan pelik, baik di dalam area instalasi kesehatan itu sendiri maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus.Limbah genotoksik dapat mencakup obat-obatan sitostatik tertentu, muntahan, urine atau tinja pasien yang diterapi dengan obat-obatan sitostatik, zat kimia, maupun radioaktif.
6.     Limbah kimia
Limbah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair, maupun gas yang berasal, misalnya dari aktivitas diagnostic dan ekisperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan. Limbah kimia dari instalasi kesehatan, limbah ini dikategorikan sebagai limbah berbahaya jika memiliki sedikitnya satu dari beberapa sifat berikut :
1)    Toksik
2)    Korosif (yaitu asam dengan pH < 2 dan basa dengan pH > 12)
3)    Mudah terbakar
4)    Reaktif (mudah meledak, bereaksi dengan air, rawan goncangan)
5)    Genetoksik (misalnya, obat-obatan sitostatik)
7.     Limbah yang mengandung logam berat
Limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik.Contohnya adalah limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak (mislanya, thermometer, alat pengukur tekanan darah, dsb). Residu yang berasal dari ruang pemeriksaan gigi kemungkinan juga mengandung mekuri dalam kadar yang tinggi. Limbah cadmium kebanyakan berasal dari baterai bekas, “panel kayu” tertentu yang mengandung timbal maish digunakan dalam pembatasan radiasi sinar X dan dibagian diagnostic.Ada pula sejumlah obat-obatan yang mengandung logam berat arsen, tetapi di kategorikan sebagai limbah industry.
8.     Limbah kemasan bertekanan
Berbagai jenis gas digunakan dalam kegiatan di instalasi kesehatan, dan kerap dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Banyak diantaranya begitu kosong dan tidak terpakai lagi (walau mungkin masih mengandung residu) dapat dipergunakan kembali tetapi ada beberapa jenis yang harus dibuang, misalnya kaleng aerosol.Baik gas mulia maupun yang berpotensi membahayakan, pengguanaan gas didalam container bertekanan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena container dapat meledak jika terbakar atau sengaja bocor.
9.     Limbah radioaktif
Limbah radioaktif mencakup benda padat, cair, dan gas yang terkontaminasi radionuklida.Limbah ini terbentuk akibat pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada jaringan dan cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara in-vivo, dan berbagai jenis metode investigasi dan terapi lainnya.
A.   Dampak Kesehatan Limbah Layanan Kesehatan
1.    Jenis Resiko Akibat Limbah Layanan Kesehatan
Panjanan pada limbah layanan kesehatan yang berbahaya dapat mengakibatkan penyakit atau cidera. Sifat bahaya dari limbah layanan kesehatan tersebut mungkin muncul akibat satu atau beberapa karakteristik tersebut :
a.    Limbah mengandung agensinfkesius
b.    Limbah bersifat genotoksik
c.    Limbah mengandung zatkimia atau obat-obatan
d.    Limbah bersifat radioaktif
e.    Limbah mengandung benda tajam

2.    Bahaya Akibat Infeksius dan Benda Tajam
Limbah ini mengandung berbagai macam mikroorganisme pathogen. Pathogen tersbut dapat masuk kedalamtubuh melalui beberapa jalur :
a.    Akibat tusukan, lecet, atau luka dikulit
b.    Melalui membrane mukosa
c.    Melalui pernafasan
d.    Melalui ingesti
Difasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotic dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya-bahaya yang muncul akibat limbah layanankesehatan yang buruk pengelolaannya.Contoh plasmid dari strain laboratorium yang terkandung dalam limbah pelayanan kesehatan ternyata dapat berpindah kedalam bakteri di alam melalui system pembuangan limbahn. Kultur pathogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutamajurumsuntik) mungkin merupakan jenis limbah yang potensi bahayanya paling akut bagi kesehatan. Bahwa infeksi yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab penyakit, misalnya infeksi virus pada darah.
3.    Bahaya Limbah Kimia dan Farmasi
Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan kesehatan (misalnya :zatbersifattoksik, genotoksik, korosif, mudahterbakar, reaktif, mudahmeledakdll).zatkimia yang mudah terbakar, korosif atau reaktif jika mengenai kulit, mata, atau membrane mukosa seluran pernafasan dapat menyebabkan cedera luka bakar. Pestisida kadaluarsa yang disimpan dalam drum atau kantong kemasan, secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi siapa saja yang berkontak dengan bahan tersebut. Ketika hujan lebat, konteiner yang bocor dapat menyebabkan pestisida menyerap kedalam tanah. Keracunan dapat terjadi akibat kontak langsung dengan produk, menghirup upangnya, dan meminum air yang terkontaminasi.
4.    Bahaya Limbah Genetoksi
Derajat keseriusan bahaya bagi pekerja layanan kesehatan yang bertugas dalam pengelolaan atau pembuangan limbah genotoksik bergantung pada toksisitas gabungan setiap zat itu sendiri dan instensitas serta durasi pajanan pada limbah tersebut. Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu, aerosol, absorpsi melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi dan kebiasaan buruk saat makan.
5.    Bahaya Limbah Radio AKtif
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing dan muntah dll.

B.   Minimisasi, Daur Ulang, Dan Penggunaan Kembali  Limbah
1.     Minimisasi Limbah
Penggunaan signifikan jumlah limbah yang berasal dari instalasi layanan kesehatan dan sarana penelitian dapat didukung melalui menerapan beberapa kebijakan dan praktik tertentu.
Minimisasi limbah biasanya menguntungkan produsen limbah itu sendiri: biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dan untuk pengelolaan serta pembuangan limbah menjadi berkurang sehingga pertanggunggugatan yang berkaitan dengan pembuangan limbah berbahaya dalam jumlah besar.
2.     Penggunaan Kembali Dan Daur Ulang Yang Aman
Peralatam medis dan peralatan lain yang biasa digunakan di fasilitas layanan kesehatan dapat digunakan kembali asalkan memang didesain sesuai tujuan tersebut dan dapat bertahan dalam proses sterilisasi. Barang yang dapat digunakan kembali dapat mencakup peralatan tajam tertentu seperti skapel dan jrum suntik, spuit, botol dan wadah kaca, dan sebagainya. Setelah pemakaian, peralatan sekali pakai, kemudian dicuci dengan hati-hati (terutama untuk jarum suntik karena mungkin terdapat tetesan infeksius yang tertinggal didalamnya), kemudian disterilisasi dengan salah satu proses yang tercantum dalam boks 6.2. walau penggunaan kembali jarum suntik tidak dianjurkan, hal tersebut mungkin terpaksa dilakukan di layanan kesehatan yang tidak mampu membeli spuit dan jarum suntik sekali pakai. Spuit dan kateter plastik tidak boleh disterilisasi dengan menggunakan panas atau bahan kimia; peralatan itu harus dibuang.
Radionuklida jangka panjang yang berada dalam bentuk pins, needles, seeas dan yang digunakan untuk radioterapi dapat digunakan kembali setelah menjalani sterilisasi.
Tindakan khusus harus dilakukan jika diduga atau memang terjadi kontaminasi yang agnes penyebabnya adalah enselopati spongiform menular (juga dikenal sebagai penyakit prion/berhubungan dengan otak). Tindakan yang memang dapat menurunkan atau memusnahkan daya infektif suara agens ini diuraikan dengan lengkap dalam sebuah dokumen WHO.
Keefektifan proses sterilisasi termal harus diuji, misalnya, dengan melakukan uji Bcillus Stearothermophilus dan kefektifan sterilisasi kimia melalui uji Bacillus subtilis.
Ada beberapa jenis kontainer yang dapat digunakan kembali asalkan dicuci sampai benar-benar bersih dan di beri disimfektan. Namun, kontainer untuk gas bertekanan umumnya harus dibawa ke suatu tempat khusus untuk pengisian sebagai wadah limbah benda tajam asalkan antisobek dan diberi tanda yang benar dan jelas disemua sisinya.
Proses daur ulang biasanya tidak dilakukan oleh fasilitas layanan kesehatan, kecuali mungkin pengambilan perak dari fixing-baths yang digunakan dalam pengolahan foto rontgen. Namun, pendaurulangan materi seperti logam, kertas, gelas, dan plastik dapat menghemat pengeluaran fasilitas layanan kesehatan baik karena berkurangnya biaya untuk pembuangan limbah atau karena pembayaran yang diberikan oleh perusahaan daur ulang.

C.  Penanganan, Penampungan dan Pengangkutan Limbah Layanan Kesehatan
1.  Pemilahan dan pengemasan limbah
kunci minimisasi dan pengelolaan limbah layanan kesehatan secara efektif adalah pemilahan (segregasi) dan identifikasi limbah. Penanganan, pengelolaan, dan pembuangan akhir limbah berdasarkan jenisnya akan mneurunkan biaya yang dikeluarkan serrta memberikan manfaat yang lebih banyak dalam melindungi kesehatan masyarakat. Pemilahan merupakan tanggung jawab yang dibebankan pada produsen limbah dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkannya limbah, kondisi yang telah terpilah itu harus tetap dipertahankan di area penampungan dan selama pengangkutan. System pemilahan yang sama harus diberlakukan di keseluruhan wilayah suatu Negara.
Cara yang paling tepat untuk mengidentifikasikan kategori limbah layanan kesehatan adalah dengan melakukan pemilahan limbah berdasarkan warna kantong atau container plastic yang digunakan.

Rekomendasi kode warna untuk limbah layanan kesehatan
Jenis Limbah
Warna container dan penandaan
Jenis kontainer
Limbah sangat infeksius
Kuning bertanda “SANGAT INFEKSIUS”
Kantong plastic antibocor yang kuat atau container yang dapat di autoclaving
Limbah infeksius lain, limbah patologis dan anatomis benda tajam
kuning
Kantong plastic atau container antibocor
Benda tajam
Kuning bertanda “BENDA TAJAM”
Container antirobek
Limbah bahan kimia dan sediaan farmasi
cokelat
Kantong plastic atau container
Limbah radiioaktif
-
Kotak timah, dilabeli dengan simbol radioaktif
Limbah layanan kesehatan umum
Hitam
Kantong plastik

2.    Pengumpulan, Pengangkutan dan Penampungan limbah di tempat (on-site)
a.    Pengumpulan
Limbah jangan sampai menumpuk di satu titik pengumpulan.Program rutin untuk pengumpulannya harus ditetapkan sebagai bagian dari rencana pengelolaan limbah layanan kesehatan.
b.    Pengangkutan
Berikut beberapa rekomendasi khusus yang harus dipatuhi oleh tenaga pendukung yang bertugas mengumpulkan limbah : Kantung limbah dikumpulkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin.
Kereta atau troli yang digunakan untuk transportasi sampah medis harus didesain sedemikian sehingga:
1)    Permukaan harus licin, rata dan tidak mudah tembus
2)    Tidak menjadi sarang serangga
3)    Mudah dibersihkan dan dikeringkan
4)    Sampah tidak menempel pada alat angkut
5)    Sampah mudah diisikan, diikat dan dituang kembali
Dalam beberapa hal dimana tidak tersedia sarana setempat, sampah medis harus diangkut ketempat lain:
1)    Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut, dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
2)    Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau tumpah.
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan internal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke insinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong , dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus. Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor (Hapsari, 2010).
Sampah medis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara menunggu pengangkutan untuk dibawa ke insinerator, atau pengangkutan oleh Dinas Kesehatan hendaknya :
1)    Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.
2)    Ditempatkan dilokasi yang strategis, merata dengan ukuran disesuaikan dengan frekuensi pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3)    Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai tidak rembes, dan disediakan sarana pencuci.
4)    Aman dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dari binatang dan bebas dari infestasi serangga dan tikus.
5)    Terjangkau oleh kendaraan pengumpulan sampah.



Pengolahan Sampah

Sampah Pasar Citeureup Sampah merupakan masalah klasik dan umumnya terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Ba...